Apa Kamu Yakin Ingin Jadi Psikolog

f:id:btsmembers:20200228195755p:plain
Psikolog

Sering jika saya bercakap dengan beberapa orang, di akhir perbincangan mereka mengatakan, "Dahulu saya punya harapan masuk Fakultas Psikologi, tetapi...". Terdapat beberapa alasan disana yang pokoknya membuat mereka tidak jadi masuk ke fakultas impiannya. "Saya suka lho belajar mengenai manusia, kepribadian, serta membantu orang", lanjutan kalimatnya. Ya sich, memang menyenangkan -tampaknya- jadi psikolog.

Belajar mengenai tingkah laku manusia, kepribadian, permasalahan orang, menolong orang mengakhiri masalahnya, dan lain-lain. Sekaligus juga "rawat jalan", siapa tahu diri kita tersembuhkan melalui kuliah sepanjang 3.5 tahun.. hehe..

Karier psikolog baru mulai menarik ketertarikan pada masa tahun 2000an. Awalnya warga cuma mengenal psikiater. Intinya jika ada permasalahan masalah jiwa yang dibawa ke dokter. Serta dahulu psikiater juga tidak popular. Lebih populer dokter saraf. Sebab memang cikal akan pendidikannya disana.

Baca juga: Semua Tentang Jurusan Psikologi

Tetapi tulisan ini bukanlah akan membahas riwayat karir psikologi. Panjang sekali.. Kami belajar riwayat itu 1 mata kuliah @2 sks.
Peminat jurusan psikologi lama-lama semakin bertambah. Dari jumlahnya mahasiswa yang saya jumpai di lembaga tempat saya mengajar, banyaknya tetap naik setiap tahun. Begitupun di fakultas-fakultas psikologi yang lain. Daaannn.. anak saya juga ingin masuk jurusan psikologi! Whooaaa.. Adik serta ipar saya lulusan fakultas psikologi.

Keliatannya kami dapat mengikuti adat keluarga dokter yang turun temurun profesinya dokter.
Tetapi sebenarnya, dalam kelas-kelas yang saya ampu, tidak semua mahasiswa ingin jadi psikolog. Lho? Iyaa.. Saya juga terkejut.. ngik.. ngiik.. Kuliah sulit, bayar mahal, eh tidak mau mempunyai gelar psikolog.


Memang sich, lulusan S1 Psikologi tidak otomatis jadi Psikolog. Ada tahap pendidikan S2 Karier yang ditempuh untuk memperoleh gelar karir: Psikolog. Kenapa mereka tidak tertarik meneruskan pendidikan ke tahap karier? Fakta ongkos tidak terhitung ya.

Dari beberapa hasil bertanya jawab, rata-rata mereka menjelaskan tidak siap sebab tidak sesuai keinginan mereka. Mereka menduga kuliah di fakultas psikologi itu mudah. Belajar kepribadian, bertemu orang dalam tempo 5 menit dapat meramalkan hari esok orangnya, lalu memberi nasehat serta hidup orang itu beralih. Memang ketok magic?

Mana dapat demikian.. Fakta yang ditemui ialah ada matakuliah statistik (yang membuat kalut beberapa pembenci matematika), ada mata kuliah psikologi (seperti pelajaran biologi waktu SMA, dengan penambahan materi mengenai otak-saraf-neurotransmitter-sistem endokrin-dan sebagainya), dan ada mata kuliah psikometri (itu lho yang ngotak atik rasio untuk membuat alat tes). Ufff.. Belum juga mata kuliah praktik yang lain. Mabok dah!

Diluar itu ditambahkan "tuntutan" kematangan pribadi. Butuh diingat, tidak ada orang yang prima 100%. Psikolog juga demikian, tidak ada yang kualitas super tanpa ada cela. Namun figur Psikolog diinginkan lebih konstan, jujur pada diri kita, dapat merubah dianya jadi lebih baik, serta tentunya.. sehat mental.. hehe.. Nah tidak semua dapat bertemu dengan dirinya. Beberapa kualitas pribadi yang butuh dipunyai (atau dilatih untuk dipunyai jika sekarang belum maksimal) ialah:

Menyukai kehidupan. Individu yang menyukai kehidupan selalu cari langkah melakukan perbaikan dianya. Tingkatkan kualitas hidupnya dan berkeinginan untuk menularkan rasa cinta ini pada seorang lain, diantaranya pada client-nya. Mereka akan memihak pada kehidupan, bukan berkeinginan untuk memusnahkannya.

Tidaklah heran jika Anda berjumpa psikolog, mereka suka sekali bicara mengenai bagaimana jadi orang-tua yang baik, terjebak dalam project beberapa anak jalanan, masuk dalam pergerakan kemanusiaan, aktif dalam momen musibah, melawan kekerasan pada anak & wanita, aktif memberi penyuluhan-seminar-pelatihan, dan lain-lain.

Rasa cinta pada kehidupan adalah ciri penting dari psikolog. Anda mengenalinya? Mahasiswa yang tidak mempunyai ini umumnya tidak bersungguh-sungguh dalam perkuliahan. Mereka bergelut dengan triknya yang destruktif, contohnya : menyakiti diri kita, coba bunuh diri, terbenam dalam pengalaman waktu dulu yang tidak menyenangkan, pelihara karakter jelek, dan lain-lain.

Suka serta nyaman berkawan dengan orang. Sebab mereka menyukai kehidupan, mereka nyaman berhubungan dengan siapapun. Mereka mengetahui kapan serta bagaimana berhubungan. Keterampilan rekanan sosialnya lama-lama semakin bertambah. Sebab mereka ingin mengerti orang hingga mereka terus-terusan dengarkan orang serta belajar tingkatkan keterampilan rekanan sosialnya.

Itu penyebabnya sebagian besar psikolog "pinter ngomong", popular, serta keliatannya gampang berkawan.
Ya tidak semua psikolog semacam itu. Ada pula sich yang jutek selalu, atau judesnya di atas rata-rata manusia normal yang lain. Well.. itu mungkin musiman saja. Mungkin mereka sedang punyai permasalahan yang belum dapat mereka tuntaskan. Ciri ini akan muncul optimal jika mereka naik taxi... hahaha.. Mereka dapat bercakap tema apa dengan supir taxi. Umumnya sich pada akhirnya yaaa.. anamnesa.. haha... Oya, satu ciri ini akan terlihat jika mereka berbelanja -entah di pasar atau di bakul sayur. Jika lelaki umumnya cangkruk bersama di warkop, pojokan pabrik, kursi kayu tukang parkir... sekalian rokok'an! Ya tidak?